: | Della Anna - KOMPASIANA |
: | ilustrasi reshuffle.jpg |
: | Gagalnya "Kue" Kursi Menteri, Gagalnya Ide Elite PD |
: | Ramai sekali jatuh bangun koalisi partai politik memasuki tahun 2011 ini, bahkan kita jadi terbengong-bengong tidak menyangka menyaksikan pergeserannya, cepat sekali. Siapakah mengira akhirnya Gerindra dan PDI-P gagal berkoalisi dengan PD, dan partai Golkar berkoalisi dengan partai Demokrat. Seperti artikel saya yang baru lalu, memang dalam mengembalikan kharisma partai Demokrat yang sudah gagal ditengah kehidupan perpolitikan ini, mau tidak mau PD harus melakukan manuver. Kalau tidak maka kedudukannya akan tergeser oleh Golkar dan Gerindra juga PDI-P, bahkan kemungkinan pada tahun 2014 partai Demokrat akan tercerai-berai hancur, semua anggotanya akan melebur masuk kedalam partai-partai koalisi atau membentuk partai akar rumput. Koalisi partai Demokrat dengan partai Golkar memancing kemarahan banyak orang, baik itu masyarakat dan beberapa parpol. Bagi masyarakat tentunya karena mereka melihat latar belakang Ketum Golkar Ical Bakrie yang dinilai tidak tepat sebagai calon pemimpin. Disamping itu juga memancing reaksi keras intern partai Demokrat, seperti reaksi Juru bicara PD - Ruhut Sitompul, yang menyatakan merasa dipermalukan bila reshuffle tidak jadi dilakukan, "taruh dimana muka kita jika tidak terjadi reshuffle kabinet". Ini Menurut analisa saya pak SBY sangat cerdas menyelamatkan partainya, meskipun tindakan sepihak beliau masih membuahkan kekhawatiran PD, yang mengharapkan koalisi ini bukan hanya terjadi dikalangan eksekutif saja tetapi juga pada parlemen. Golkar harus konsisten dengan komitmentnya, demikian pernyataan Wasekjen DPP-PD Saan Mustopa Baca. Sepertinya terjadi lagi dualisme internal kepartaian di PD, bahwa apa yang dipandang oleh pak SBY tidak mengikuti apa yang menurut PD. kesimpulannya pak SBY tidak terpengaruh oleh pendapat elite partainya. Apakah hal ini pertanda memang demikian ciri khas kinerja pak SBY yaitu bypass keputusan tanpa komunikasi dengan partai sendiri?. Belum jelas apakah pemerintah KIB Jilid II ini akan melakukan reshuffle untuk memperbaiki Kabinet Menteri, karena pendekatan dengan partai Gerindra dan PDI-P menghasilkan kegagalan minat PD untuk berkoalisi dengan mereka. Akhirnya dengan "frustasi" untuk menyelamatkan kondisi kepartaian dan pemerintahan maka PD merengkuh partai Golkar, yang disambut dengan hangat oleh Ketum Golkar Ical Bakrie. Golkar sendiri memutuskan akan bekerja dengan baik dan produktif memperbaiki situasi pemerintahan sampai waktu pemerintahan pak SBY habis 2014. Belum jelas apakah nantinya setelah koalisi ini, pak SBY akan sama-sama mengatur strategi reshuffle Kabinet Menteri dengan partai Golkar atau justru tidak akan ada reshuffle. Lalu apa yang bisa kita katakan untuk situasi ribut-ribut soal koalisi ini, "kegagalankah?". Yang jelas memang secara implisit partai Demokrat telah mengalami kegagalan. Dalam tubuh PD telah terjadi dualisme ideologi kepartaian, yaitu cara pandang PD menurut versi pak SBY dan menurut anggota partai Demokrat. Hal ini membuka mata beberapa pengamat politik dan dari parpol lain, bahwa toh dalam kenyataannya banyak keputusan kebijakan PD yang tidak sejalan dengan komitment internal partai Demokrat. Cara pandang pak SBY adalah menyelamatkan tubuh kepartaian dengan koalisi, dan cara pandang anggota elite PD adalah segera melakukan "reshuffle". Analisa saya, dengan cepat melakukan reshuffle juga tidak banyak menolong untuk memperbaiki keadaan. Baik ekonomi sebagai tiang pembangunan dan sistim pemerintahan lewat kebijaksanaan-kebijaksanaan barunya. Kita harus sadar bahwa kita sudah kehilangan masa 2 (dua) tahun. Jadi percuma saja reshuffle. Yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki sistim kinerja yang ada pada parlemen dan Kabinet Menteri dengan tegas dan jelas. Sebab dengan adanya reshuffle, maka tentu akan adanya perombakan besar-besaran sistim kinerja dan kebijakan baru. Nah, hal ini membutuhkan peraturan dan RUU bukan!. Berapa lama pembentukan sebuah peraturan baru atau RUU?. Dimulai dari penyusunan dan pengujiannya saja sudah memakan waktu 1 (satu) tahun atau lebih sejak reshuffle diresmikan. Sementara itu kita sudah menginjak tahun ke 3 (tiga) dan itu berarti tahun terakhir dari masa kepemimpinan. Kita harus melihat apa yang kini terjadi dinegara-negara Timur Tengah dengan destabilisasinya telah mengakibatkan perekonomian terganggu, mengakibatkan harga BBM / BBG terganggu. Perekonomian seluruh dunia lagi mengalami ''shock". Dan seluruh dunia sedang berancang-ancang menetapkan kebijakan baru untuk menyelamatkan kondisi perekonomian negara. Lihat saja China yang jelas-jelas menurunkan target pertumbuhan perekonomiannya 7% dibandingkan tahun 2010 sekitar 10,3%. Index inflasi meningkat sangat tinggi di China sekitar 4,9% meskipun serangkaian kebijakan baru sudah diambil untuk menekan kenaikan harga termasuk juga penekanan suku bunga pada Bank. Di Eropa sendiri terjadi kepanikkan dengan meningkatnya harga BBM /BBG, sampai-sampai Jerman menyediakan BBM jenis E10 yang murah meriah tetapi justru merusak mesin. Bila ladang minyak di Libia berhasil dihancurkan oleh Kadhafi, maka situasi chaos dalam ekonomi akan benar-benar melanda seluruh dunia tidak terkecuali negara! Indonesia. Peringatan ini seharusnya sudah masuk menjadi sebuah alarm untuk badan legislatif dan eksekutif kita. Dengan hanya meributkan persoalan koalisi kita telah membuang waktu yang berguna, yang justru maha penting untuk memulai membentuk kebijakan-kebijakan baru dalam mendeteksi situasi sulit yang mulai merambah dalam bidang perekonomian, lihat saja bagaimana harga BBM sudah melanda negeri ini. Harga bahan-bahan sembako sudah melejit tinggi tanpa terkendali, apalagi biaya pendidikan. Sudah tidak ada waktu lagi untuk meributkan soal reshuffle. Saya menganalisa ke-inginan reshuffle saat ini dari beberapa parpol hanyalah perpanjangan kepentingan seseorang dalam kedudukan yang baru dalam pos Kabinet Menteri. Hasilnya akan sama saja bahkan akan lebih buruk dari yang sekarang. Bagaimana dengan pendapat anda?. |
Powered by EmailMeForm