Novum: Manuskrip Paling Misterius di Dunia

Saturday, March 5, 2011

Penelitian terbaru menyingkap salah satu misteri yang menyelebungi Manuskrip Voynich.
 
SETIDAKNYA sudah seabad para ilmuwan dibuat pusing oleh Manuskrip Voynich, sebuah manuskrip misterius berisi gambar dan tulisan yang maknanya hingga kini belum bisa dipecahkan. Baru-baru ini para ilmuwan Amerika berhasil menentukan bahwa manuskrip itu dibuat pada abad ke-15.

Proses penentuan umur manuskrip itu dimulai tahun lalu. Namun kepastian soal usia manuskrip baru diumumkan minggu kedua Februari lalu. Manuskrip itu ternyata seratus tahun lebih tua dari perkiraaan semula, sekaligus mematahkan sejumlah teori tentang asal-muasal manuskrip itu.

Nama manuskrip itu diambil dari nama penjual buku asal Polandia, Wilfrid Voynich, yang menemukan manuskrip itu pada 1912 di Villa Mondragone dekat Roma. Kerumitan buku setebal 250 halaman itu membuat Da Vinci Code tak ada apa-apanya.

Buku itu ditulis tangan. Ada 250 ribu karakter asing di dalamnya. Karakter-karakter itu disusun dalam kelompok-kelompok yang mirip kata dan kalimat; beberapa punya kemiripan dengan huruf Latin dan angka Romawi, sementara karakter lainnya tak dapat ditemukan dalam bahasa manapun di dunia.

Selain itu, tulisan tangan yang membingungkan itu dikelilingi ilustrasi-ilustrasi rumit. Misalnya, tumbuhan yang tak bisa diidentifikasi, simbol astrologi, saluran pipa yang ruwet, serta perempuan telanjang yang sedang menari atau mandi dalam cairan hijau yang sangat aneh.

“Siapa yang tahu apa yang ditulis dalam manuskrip ini… Lihat saja gambar-gambar itu: apakah mereka organisme botanis? Atau organisme laut? Atau astrologi? Tak ada yang tahu,” kata Greg Hodgins, asisten riset sekaligus asisten profesor Jurusan Fisika University of Arizona yang bekerjasama dengan Arizona School of Anthropology.

Dengan menggunakan teknologi canggih di laboratorium NSF-Arizona Accelerator Mass Spectrometry, Hodgins memecahkan setidaknya satu dari puluhan misteri yang menyelebungi buku itu. Yakni, menentukan waktu pembuatan manuskrip.

Untuk menentukan usia manuskrip yang disimpan di Beinecke Rare Book and Manuscript Library di Yale University itu, dia memakai teknologi Carbon Dating dan menggunakan empat sampel berukuran seperenambelas inci yang diambil dari empat halaman berbeda.

“Empat halaman itu sengaja dipilih dari empat bagian berbeda untuk menentukan apakah buku itu ditulis dalam kurun waktu yang panjang,” ujar Hodgins kepada Discovery News. Tim Hodgins menentukan bahwa sampel itu ditulis antara 1404 dan 1438 –jangka waktu yang terhitung singkat.

“Alam berpihak pada kami. Sepanjang abad ke-15, level radio karbon berubah dengan amat cepat, yang memungkinkan kami mempersempit kurun waktunya. Terkadang level radio karbon atmosfir tetap konstan selama beberapa dekade, bahkan selama beberapa abad. Dan dalam waktu-waktu itu, proses penanggalan radio karbon tak setepat (yang kami lakukan sekarang).”

Menurut para ilmuwan, proses penentuan waktu itu dapat diandalkan karena prosesnya diulang empat kali dengan lembaran berbeda.

“Amat penting menyadari bahwa proses ini menentukan waktu hidup hewan (yang kulitnya dipakai untuk membuat manuskrip), bukan kapan buku ini dibuat. Kami belum bisa memperkirakan jarak waktu antara kematian binatang dan ketika penulisnya memakai lembaran kulitnya untuk menulis. Buku ini amat rumit, dan jelas perlu waktu beberapa tahun untuk menyelesaikannya.”

Keberhasilan Hodgins dan timnya ini mematahkan beberapa hipotesis tentang manuskrip itu.

Sejak Wilfrid Voynich mengumumkan penemuannya, dengan harapan memecahkan isinya, teori bermunculan tentang penulis dan isi buku tersebut. Sudah banyak kriptografer profesional maupun amatir, termasuk ahli sandi Perang Dunia I dan II, berusaha memecahkan misteri isi manuskrip. Tak satu pun berhasil. Manuskrip itu tetap menjadi misteri bagi kriptografi.

Voynich mengklaim bahwa pemilik buku itu adalah Raja Rudolf dari Dinasti Habsburg, Jerman, pada abad ke-16, dan bahwa penulisnya adalah Roger Bacon, seorang pendeta Inggris yang juga ilmuwan pada abad ke-13. Sebuah teori yang dipatahkan penemuan ini.

Spekulasi lainnya, manuskrip ini adalah kitab rahasia dari sebuah sekte keagamaan, dokumen terakhir dari sebuah bahasa yang sudah punah, kode yang tak dapat dipecahkan, hingga resep untuk “eliksir kehidupan”.

Namun ada juga ahli yang beranggapan bahwa manuskrip itu adalah sebuah lelucon konyol (hoax), yang kemungkinan dibuat oleh seorang ahli matematika Inggris dan astrolog yang bekerja untuk Raja Rudolf.

Pada 2003, Gordon Rugg, seorang ilmuwan komputer, memperlihatkan bahwa teks serupa dengan yang ada dalam buku tersebut dapat dibuat dengan menggunakan Cardan Grille, sebuah alat enkripsi sandi yang dibuat sekitar 1550-an.

“Meski saya belum 100 persen yakin dengan ketepatan perkiraan waktu (yang ditemukan Hodgins dan timnya), menurut hemat saya waktunya cukup mendekati,” ujar Nick Pelling, penulis The Curse of the Voynich kepada Discovery News.

“Sejak pertengahan 1920-an, beberapa ilmuwan meyakini bahwa beberapa tulisan ditambahkan ke dalam manuskrip pada abad ke-15, yang berarti manuskrip itu tak mungkin dibuat setelah tahun 1500,” katanya.

“Sayangnya, banyak orang mempertahankan anggapan bahwa manuskrip itu ditulis pada abad ke-16 atau bahkan abad ke-17, terutama teori ‘hoax’, yang menyebabkan para sejarawan mainstream mengurungkan niat mereka untuk terlibat,” ujar Pelling. 
 
 
Sumber: Majalah Historika