Yudhoyono 'Abused Power'

Saturday, March 12, 2011

PengirimMedia Indonesia



Yudhoyono 'Abused Power'

PAGI Jumat (11/3), koran Australia The Age menurunkan berita utama yang berjudul Yudhoyono 'abused power' yang membuat heboh Jakarta. The Age merupakan salah satu koran berpengaruh di Australia yang terbit pertama kali pada 1854 di Melbourne. Berita yang bersumber dari kawat diplomatik rahasia milik pemerintah AS yang dibocorkan Wikileaks itu, menjadi berita utama di halaman depan dan bersambung ke halaman empat. Bagaimana isi beritanya, berikut terjemahan aslinya seperti dilaporkan Meilani, kontributor Media Indonesia di Albury, New South Wales, Australia.

SBY Selewengkan Kekuasaan

LAPORAN rahasia diplomatik AS menyebutkan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono telah melakukan korupsi dan penyelewengan kekuasaan, yang mencoreng reputasinya sebagai seorang politisi bersih dan reformis.

Laporan tersebut menyatakan SBY telah melakukan intervensi pribadi untuk mempengaruhi jaksa dan hakim untuk melindungi sejumlah tokoh politik yang korup dan menekan lawan-lawannya. Selain itu, dia juga memanfaatkan badan intelijen Indonesia untuk memata-matai lawan-lawan politiknya dan salah satu menteri senior dalam pemerintahannya sendiri.

Laporan itu juga menjelaskan secara rinci bagaimana mantan wakil presiden di era pemerintahan SBY membayar jutaan dollar untuk mengontrol partai politik terbesar di Indonesia, dan menuduh istri presiden dan keluarganya memperkaya diri melalui hubungan-hubungan politik mereka.

Laporan ini terungkap bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden Boediono ke Canberra hari ini untuk bertemu dengan Pejabat Perdana Menteri Wayne Swan dan sejumlah pejabat membahas perubahan administratif untuk mereformasi birokrasi Indonesia yang korup.

Laporan diplomatik AS --yang dimiliki Wikileaks dan diserahkan secara ekslusif kepada The Age --menyebutkan bahwa segera setelah terpilih menjadi Presiden pada 2004, SBY mengintervensi kasus Taufik Kiemas, suami mantan Presiden Megawati Sukarnoputri.

Taufik dilaporkan menggunakan pengaruhnya pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang dipimpin istrinya, partai terbesar kedua di DPR, untuk mengupayakan perlindungan atas dakwaan kasus yang disebut diplomat AS sebagai 'korupsi besar-besaran selama pemerintahan istrinya'.

Pada Desember 2004, Kedubes AS di Jakarta melaporkan bahwa salah seorang informan politik pentingnya, penasehat senior presiden TB Silalahi, telah menginformasikan bahwa Asisten Jaksa Agung Hendarman Supandji, yang memimpin komisi antikorupsi yang baru dibentuk pemerintah, telah mengumpulkan 'bukti-bukti korupsi yang cukup untuk menangkap Taufik Kiemas'.

Namun Silalahi, salah seorang rekan politik terdekat SBY, mengatakan bahwa Presiden ''secara pribadi telah menginstruksikan Hendarman untuk tidak melanjutkan kasus Taufik tersebut''.

Tidak ada tindakan hukum yang dikenakan pada Taufik, tokoh politik berpengaruh yang sekarang menjabat sebagai Ketua MPR, lembaga negara yang anggotanya termasuk anggota DPR.

Kedubes AS juga menuding mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah melakukan 'penyuapan besar-besaran' untuk memenangkan kursi kepemimpinan Partai Golkar, partai terbesar di Indonesia, dalam kongres partai tersebut pada Desember 2004.

Istri Presiden dan keluarganya juga menjadi topik utama dalam laporan tersebut. Diplomat AS memberikan perhatian khusus terhadap upaya yang khususnya dilakukan oleh ibu Negara Kristiani Herawati untuk mengambil keuntungan finansial dari jabatan politiknya.

Di awal 2006, Kedubes AS melaporkan ke Washington bahwa ibu Negara. ''Kristiani Herawati meningkatkan upaya memperkaya diri sendiri dengan menjadi makelar atau fasilitator untuk kegiatan bisnis…… sejumlah dokumen kontrak memperlihatkan bahwa keluarga ibu Ani mulai membangun perusahaan-perusahaan untuk mengkomersilkan pengaruhnya''.

Kedubes AS menggambarkan pengaruh ibu Ani di balik layar sebagai 'kabinet nomor satu' dan 'penasehat utama Presiden yang tidak bisa dibantah'. Bocoran kawat yang lain mengindikasikan bahwa SBY telah menggunakan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk memata-matai kawan maupun lawan politiknya.

Menurut anggota senior BIN, SBY mengarahkan Ketua BIN Syamsir Siregar untuk memerintahkan bawahannya memata-matai Mensesneg Yusril Ihza Mahendra ketika dia melakukan perjalanan rahasia ke singapura untuk bertemu sejumlah pengusaha dari China. SBY juga dilaporkan menugaskan BIN untuk memata-matai kandidat Presiden lainnya.

TB Silalahi mengatakan pada diplomat AS bahwa SBY 'membagi informasi rahasia BIN berkenaan politik hanya dengan dirinya dan Seskab Sudi Silalahi'.

Meskipun SBY memenangkan Pemilu 2009 dengan meyakinkan, utusan AS dengan cepat menyimpulkan bahwa SBY kehilangan dukungan politik. Setelah berbagai kontroversi politik sejak akhir 2009 hingga 2010, mengakibatkan popularitas SBY turun tajam, Kedubes AS mengatakan bahwa Presiden semakin 'lumpuh'.

''SBY dianggap memperlambat proses reformasi karena enggan untuk mengambil resiko berseberangan dengan DPR, media, birokrasi, dan masyarakat sipil.'' katanya. (X-13)

www.mediaindonesia.com



Powered by EmailMeForm