MEWARISKAN KEKAYAAN BUDAYA DAN ALAM JAMBI UNTUK DUNIA oleh Gatot Priadi

Thursday, January 6, 2011


Jambi – Niat Pemerintah Provinsi Jambi mewariskan peninggalan sejarah berupa Situs Candi Muaro Jambi dan kekayaan goefak, yang dianggap mempunyai nilai universal luar biasa, kepada dunia merupakan apresiasi positif untuk kelangsungan dua kawasan itu.

Selain untuk menjaga kelestarian budaya abad 7 – 14 masehi yang terletak di Kabupaten Muaro Jambi dan terjaganya temuan fosil tumbuhan dan hewan di Kabupaten Merangin yang berusia 250 juta tahun itu, juga berguna untuk ilmu pengetahuan bagi anak cucu adam di seluruh dunia.

Sikap optimistis pemerintah daerah dan pusat melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) dan Badan Geologi pada Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral senantiasa dikobarkan dalam bentuk program.

Mulai dari penyadaran pentingnya menjaga kawasan kepada masyarakat, sapta pesona, sadar wisata, pembinaan usaha mikro kecil menegah, hingga upaya menyatukan persepsi agar terciptanya kesadaran akan pentingnya kelestarian dua kawasan itu.

Penyatuan persepsi ini, disadari betul oleh pemangku kebijakan di Disbupar dan BP3. Pasalnya, untuk menjaga kawasan calon warisan dunia itu tidak terlepas dari banyak pihak. Mulai dari masyarakat sekitar kawasan, pemerintah daerah dan instansi terkait, hingga pemerintah pusat dan kementrian yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut.

Contoh kasus yang terjadi dilapangan saat ini, adanya stockpile batubara yang berada di areal situs Muaro Jambi milik sejumlah perusahaan, diantaranya PT. Tegas Guna Mandiri (TGM), PT Sinar Alam Permai (SAP), dan PT Bumi Borneo Inti (BBI) dan Tripani yang memasok batubara dan CPO. Keberadaan stockpile itu sendiri persis di tepi sungai batanghari di dekat areal candi Muaro Jambi.

Hal itu belum lagi dipengaruhi kegiatan masyarakat dan perusahaan seperti berkebun, membuka lahan sawit hingga kegiatan pertambangan yang pada akhirnya memberi dampak negatif terhadap kelestarian budaya dan alam di dua kawasan tersebut.

Kepala Dinas Budpar Provinsi Jambi, Didi Wurjanto pernah mengatakan guna terwujudnya dua kawasan itu menjadi warisan dunia tentu dibutuhkan penyamaan persepsi oleh semua pemangku kebijakan, baik pusat maupun daerah. Peran masyarakat juga dibutuhkan.

Komitmen itu yang diharapkan Didi dari semua stakeholder agar kekayaan budaya peninggalan Budha Nailanda dan fosil tumbuhan seperti Cordaites, Sphenophylum, Pecopteris dan batu-batuan seperti fusulina, krinoid, amonit, brakhiopoda terjaga, bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan menjadi warisan berharga bagi penerus mendatang.

Hal senada juga sempat dilontarkan Direktur Sejarah dan Purbakala, Ds Junus Satrio Atmodjo M Hum saat memaparkan makalahnya dihadapan peserta Seminar Internasional Jambi Heritage di Jambi belum lama ini. Kata dia, langkah kordinasi antara instansi baik pemerintah pusat, kementrian dan badan negara, pemerintah provinsi dan kabupaten penting dilakukan.

Menurut dia menjadikannya sebagai warisan dunia tentu harus didukung kebijakan satu arah oleh pemerintah. Keterlibatan semua instansi pemerintah harus dilakukan, maka dari itu penting melakukan kordinasi diantara semuanya.

Disisi lain, keberadaan masyarakat sekitar juga tidak boleh diabaikan. Menjadikan kawasan cagar budaya dan cagar alam tersebut sebagai warisan jangan sampai menghilangkan kearifan lokal. Pelestarian kawasan juga butuh peran mereka. Maka dari itu perlu didorong keterlibatan masyarakat sekitar.

Pemerintah daerah diharap dapat melakukan pembinaan dan memberikan pemahaman secara berkala kepada masyarakat sekitar akan pentingnya pelestarian dan perlindungan cagar budaya tersebut. Disisi lain, keberadaan kawasan tersebut akan menguntungkan bagi mereka secara ekonomi.

Sementara Kepala Badan Geologi pada Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dr. Ir. Suhkyar mengatakan kekayaan geodeversity yang berada di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi merupakan warisan dunia yang mau tidak mau patut dijaga kelestariannya.

Temuan fosil di di Desa Air Batu – Markeh Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin merupakan subjek geodiversity memiliki unsur – unsur geologi yang unik dan langka. Apalagi proses terjadinya bersifat setempat dan tidak dijumpai padanannya di tempat lain. Potensi pemanfaatan dan pengembangannya dalam kemasan geopark sangat diperlukan, untuk pendidikan dan pariwisata berkelanjutan.

Tidak Mudah

Menjadikan kawasan Candi Muaro Jambi yang berlokasi di Desa Muaro Jambi Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi dan kawasan Geodeversity Merangin sebagai warisan tidak semudah membalik telapak tangan. Hal ini diakui oleh Didi Wurjanto, Junus Satrio Atmojo, dan Prof. Arlo Griffitths dari French School of Asian Studies (EFEO).

Meskipun demikian, mereka berkeyakinan bahwa kawasan cagar budaya tersebut bakal dijadikan warisan dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizational (UNESCO) karena sebagian syarat untuk dijadikan warisan dunia sudah terpenuhi.

Didi Wurjanto mengatakan untuk saat ini, pelestarian kawasan sebagai cagar budaya dan pembinaan terhadap penduduk lokal sudah kita lakukan. Ini bagian dari syarat kawasan percandian Muaro Jambi menjadi warisan dunia dan memang tidak mudah.

Dia mengatakan sebagai daerah pengusul, instansinya bersama BP3 melakukan penyusunan dan inventarisasi nilai keagungan yang universal tentang kawasan Candi Muaro Jambi dan Geopark ke UNESCO sebagai warisan budaya. Pihaknya berkeyakinan bahwa kawasan tersebut memiliki nilai sejarah, estetika, arkeologis, ilmiah dan etnologis atau antropologis dan sebagainya.

Nilai universal yang luar biasa dimaksud yakni signifikansinya budaya dan alam yang sangat luar biasa dan melampaui batas-batas nasional maupun internasional dan yang menjadi kepentingan umum untuk generasi sekarang dan mendatang dari semua umat manusia. Dengan demikian, perlindungan permanen warisan ini merupakan hal paling penting bagi masyarakat internasional secara keseluruhan.

Sementara Arlo Griffitths menekankan soal pemahaman dan toleransi masyarakat sekitar terhadap keberadaan kawasan dan aktivitas kebudayaan yang sudah hidup sejak abad ke 7 hingga 14 masehi itu. Lokasi yang dulunya menjadi pusat kegiatan agama budha dan tempat studi bagi calon pemuka agama akan semakin ramai dikungjungi wisatawan baik yang sekedar berdarma wisata maupun kegiatan keagamaan.

Menurut dia, ini menjadi pekerjaan pemerintah setempat dalam memberikan pemahanan terkait kawasan cagar budaya dan aktivitas yang hidup didalamnya kedepan. Dan itu penting.

Sedangkan Suhkyar mengemukakan bahwa permasalahan pokok yang ditemui saat ini adalah sebagian besar potensi geodiversity di Jambi berada dalam keadaaan terancam dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan wisata alam berkelanjutan sebagaimana yang disyaratkan.

Untuk itu perlu menjadi perhatian semua pihak agar kawasan dimaksud benar – benar memenuhi syarat sebagai warisan dunia yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan anak cucu kedepan.

Dilain pihak, Masanori Nagaoka dari UNESCO, ketika menghadiri Seminar Internasional Jambi Heritage di Jambi sempat mengatakan syarat untu menjadikan suatu kawasan menjadi warisan dunia cukup berat. Negara – negara yang tergabung dalam organisasi internasional itu telah mensyaratkan banyak hal sebagaimana hasil konvensi tentang Perlindungan Warisan Dunia dan Warisan Alam Dunia pada tahun 1972 silam.

Suatu kawasan yang diusulkan menjadi warisan dunia oleh negara haruslah memiliki nilai universal yang luar biasa sebagaimana dalam Pasal 49 Panduan Operasional. Ketentuan itu menyebutkan bahwa nilai universal yang luar biasa berarti signifikansi budaya dan /atau alam yang sangat luar biasa yang melampaui batas-batas nasional dan menjadi kepentingan umum untuk generasi sekarang dan mendatang dari semua umat manusia.

Dengan demikian, perlindungan permanen warisan ini merupakan hal paling penting bagi masyarakat internasional secara keseluruhan. Komite mendefinisikan kriteria untuk pencantuman situs tersebut dalam Daftar Warisan Dunia.

Takjub

Dimata Rambuche, seorang bikhu dari Amerika yang juga sempat mengunjungi situs Candi Muaro Jambi belum lama ini mengaku takjub melihat peninggalan sejarah pendahulunya. Kandungan sejarah, estetika, arkeologis, ilmiah dan etnologis atau antropologis yang tidak ia temukan di negaranya.

Apalagi, keramahan penduduk lokal serta sikap menghargai dan memberi kesempatan bagi pengikut ajaran budha untuk melakukan kegiatan agama disana memberi aroma tersendiri dibenaknya. Baginya, kawasan Candi Muaro Jambi sepantasnya menjadi warisan dunia karena dinilai memiliki nilai universal yang luas biasa.

Begitu juga dengan seorang jurnalis internasional, Elizabeth. Dia mengatakan bahwa situs Muaro Jambi erat kaitannya dengan Atisha, seorang bikhu dari Nalanda yang sempat belajar ke Muaro Jambi yang dahulunya merupakan pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan bagi calon pemuka agama budha.

Bahkan diirnya berkeinginan kuat untuk kembali mengunjungi candi itu sejak dirinya pertama kali memijakan kaki di kawasan itu. Ia mendapatkan beberapa data terkait sejarah Candi Muaro Jambi dan meyakini temuan itu ada kaitannya dengan Atisha. Hal yang luar biasa dan dirinya ingin kembali kemari untuk menggali lebih dalam.

PSO-263