Photo: blogcdn.com
Kecanduan gadget dan jejaring sosial lampaui ketagihan narkoba
GADGET FREAK adalah sebutan yang tepat bagi remaja yang kecanduan gadget dan teknologi melampaui yang dirasakan pecandu rokok dan narkoba. Buktinya, hampir seribu mahasiswa diminta melepaskan ponsel, laptop dan tivi sehari saja ternyata mereka tampak bingung, panik dan stres.
Fakta itu terungkap dari hasil penelitian oleh Pusat Internasional Media & Agenda Umum (ICMPA) dan Akademi Salzburg pada media dan perubahan global. Kesimpulan penelitian: "kebanyakan siswa... gagal melepaskan 24 jam penuh tanpa media."
Penelitian yang diberi judul The World Unplugged menggambarkan reaksi yang sama dari mahasiswa yang menjadi obyek penelitian.
Profesor Susan Moeller yang memimpin penelitian mengatakan teknologi telah mengubah hubungan siswa. "Mereka berbicara tentang bagaimana kecanduannya mereka."
Hasil penelitian ini patut menjadi perhatian remaja dan orangtua di Indonesia, karena gejala tersebut sudah mulai tampak.
Para peneliti menemukan hampir empat dari lima siswa merasa tertekan mental dan fisiknya secara signifikan yang tampil dalam
bentuk panik, kebingungan, dan isolasi ekstrim saat dipaksa untuk melepaskan ponsel, komputer dan tivi sehari saja.
Mereka menemukan mahasiswa di kampus seluruh dunia mengaku sedang ´kecanduan´ teknologi modern seperti ponsel, laptop, televisi serta jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.
Penelitian melibatkan hampir 1.000 mahasiswa yang berasal dari 12 kampus di 10 negara termasuk Inggris, AS, China. Ternyata menunjukkan gejala yang sama, mereka tidak mampu menghindari secara sukarela gadget-nya selama satu hari penuh.
Reaksi dari hilangnya gadget selama satu hari membuat mereka rewel, bingung, cemas, mudah tersinggung, gelisah, panik, cemburu, marah, kesepian, ketergantungan, depresi, gelisah dan paranoid.
Penelitian menemukan satu dari lima melaporkan perasaan mirip kecanduan sedangkan lebih dari satu dari tiap 10 orang mengaku bingung. Hanya 21% yang mengatakan mereka bisa merasakan manfaat penelitian.
Responden asal Inggris mengaku tidak butuh alkohol, rokok dan kokain. "Saya hanya butuh ponsel."
Lainnya berujar, tidak tahu harus melakukan apa. "Saya seperti haus dan ingin minum."
Peserta penelitian ketiga mengaku menjadi bulimia ketika kehilangan jejaring sosial. "Saya kelaparan untuk 15 jam penuh."
Profesor Moeller menambahkan, beberapa dari mereka ingin pergi tanpa gadget untuk sementara waktu. "Tetapi tidak bisa, karena mereka takut dikucilkan teman-temannya."
Fakta itu terungkap dari hasil penelitian oleh Pusat Internasional Media & Agenda Umum (ICMPA) dan Akademi Salzburg pada media dan perubahan global. Kesimpulan penelitian: "kebanyakan siswa... gagal melepaskan 24 jam penuh tanpa media."
Penelitian yang diberi judul The World Unplugged menggambarkan reaksi yang sama dari mahasiswa yang menjadi obyek penelitian.
Profesor Susan Moeller yang memimpin penelitian mengatakan teknologi telah mengubah hubungan siswa. "Mereka berbicara tentang bagaimana kecanduannya mereka."
Hasil penelitian ini patut menjadi perhatian remaja dan orangtua di Indonesia, karena gejala tersebut sudah mulai tampak.
Para peneliti menemukan hampir empat dari lima siswa merasa tertekan mental dan fisiknya secara signifikan yang tampil dalam
bentuk panik, kebingungan, dan isolasi ekstrim saat dipaksa untuk melepaskan ponsel, komputer dan tivi sehari saja.
Mereka menemukan mahasiswa di kampus seluruh dunia mengaku sedang ´kecanduan´ teknologi modern seperti ponsel, laptop, televisi serta jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.
Penelitian melibatkan hampir 1.000 mahasiswa yang berasal dari 12 kampus di 10 negara termasuk Inggris, AS, China. Ternyata menunjukkan gejala yang sama, mereka tidak mampu menghindari secara sukarela gadget-nya selama satu hari penuh.
Reaksi dari hilangnya gadget selama satu hari membuat mereka rewel, bingung, cemas, mudah tersinggung, gelisah, panik, cemburu, marah, kesepian, ketergantungan, depresi, gelisah dan paranoid.
Penelitian menemukan satu dari lima melaporkan perasaan mirip kecanduan sedangkan lebih dari satu dari tiap 10 orang mengaku bingung. Hanya 21% yang mengatakan mereka bisa merasakan manfaat penelitian.
Responden asal Inggris mengaku tidak butuh alkohol, rokok dan kokain. "Saya hanya butuh ponsel."
Lainnya berujar, tidak tahu harus melakukan apa. "Saya seperti haus dan ingin minum."
Peserta penelitian ketiga mengaku menjadi bulimia ketika kehilangan jejaring sosial. "Saya kelaparan untuk 15 jam penuh."
Profesor Moeller menambahkan, beberapa dari mereka ingin pergi tanpa gadget untuk sementara waktu. "Tetapi tidak bisa, karena mereka takut dikucilkan teman-temannya."